BELAJAR PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Wanda
Eka Putri 11140130000058
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
A. Definisi tentang Psikologi Pendidikan
Definisi
psikologi pendidikan menurut Witherington dalam bukunya Educational psyhology
terjemah M. Buchori (1978) memberikan definisi psikologi pendidikan sebagai A systematic study of the process and
factors involved in the education of human being is called education
psychologi, yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis
tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Istilah
“proses” dalam definisi-definisi tersebut terutama proses yang disebutkan dalam
definisi Witherington itu sesungguhnya amat sulit dipahami subtansinya (watak
isinya), karena sifatnya abstrak. Oleh karena sebab itu, menurut sebagian ahli,
definisi yang langsung menyebutkan penyelidikan terhadap proses belajar atau
mengajar akan lebih pas jika digantikan dengan manusia yang belajar atau
mengajar. Apabila anda sedang mempelajari atau memantau seseorang siswa yang
sedang berpikir untuk memecahkan masalah matematika misalnya, maka yang anda
pelajari sesungguhnya adalah siswa tersebut, bukan prosesnya karena proses
memikirkan soal matematika tersebut tak mungkin dapat anda pelajari,
lebih-lebih jika secara langsung. Anda hanya bisa menarik simpulan bahwa siswa
tersebut sedang berpikir (memecahkan soal-soal matematika) dari fenomena
(gejala-gejala) yang tampak pada diri siswa yang sedang anda pantau itu.
‘pandangan
penulis mengenai teori definisi yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikolog,
yaitu Witherington teori definisi tentang psikologi pendidikan yang yang
didalam isinya teori tersebut sangat memperhatikan proses dalam suatu gejala
yang terjadi yang menyangkut dari berbagai aspek-aspek serta macam faktor yang
berhubungan dengan terjadinya didalam suatu pendidikan manusia ’.
B. Manfaat Ilmu Psikologi
Terdapat banyak manfaat belajar ilmu psikolog belajar dari
ilmu psikolog bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku manusia
yang kompleks dapat menjadi hal yang menarik serta berguna untuk mempelajari
alasan yang memotivasi perilaku tertentu. Belajar psikolog akan memberikan
pemahaman yang lebih baik dari orang- orang dan anda akan dapat menggunakan
pengetahuan
ini
dalam situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu hukum, hal ini juga membuat ilmu psikolog erat
hubungannya dengan ilmu kriminologi. Selain itu psikolog juga bermanfaat untuk
memacu serta memotivasi diri, dapat membuat pola dan tingkah laku sepaerti
halnya seorang pemimpin dan lebih mudah dalam pemecahan suatu masalah,
meningkatkan cara dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam berkomunikasi
serta dapat meningkatkan suatu pemahaman, belajar berempati terhadap orang lain
dan ber adapti dalam lingkungan.
C. Metode Psikologi Pendidikan
Pada umumnya
para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang kepedidikan
dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti: a) eksperimen;
b) kuesioner; c) studi khusus; d) penyelidikan klinis; dan e) observasi
naturalistik. Disamping itu lima macam metode diatas, H.C Witherington
menyebutkan satu metode lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif.
Namun, penyusunan tidak merasa perlu memperbincangkan lebih jauh mengingat
metode tersebut kurang populer dan belum dapat diterima eksistensinya oleh
banyak para ahli.
‘Metode yang
memudahkan saya dalam mempelajari ilmu psikologi pendidikan yaitu dengan metode observasi naturalistik.’
Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi
Naturalistik (naturalistik observasion) adalah sejenis observasi yang dilakukan
secara alamiah. Dalam hal ini, penelitian berada di luar objek yang diteliti
atau tidak menampak diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Pada umumnya,
observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmuan hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku
hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina
(Lazerson, 1975) kemudian, metode
observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti sekelompok
orang yang memerlukan terapi (perawatan dan pemulihan) yang bersifat
kemasyarakatan, selajutnya metode ini juga digunakan oleh para psikolog
perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.
Dalam hal
penggunaannya bagi kepentingan peneliti psikolog pendidikan, seorang peneliti
atau guru yang menjadi asistenya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah
itu lewat kegiatan pengajaran atau mengajar-belajar dalam kelas reguler yakni
kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses
mengajar-belajar berlangsung, jenis perilaku sisa yang diteliti (misalnya,
kecepatan membaca) dicatat dalam lembar
format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang
akan dihimpun.
‘ pandangan
penulis mengenai metode yang memudahkan untuk belajar psikolog pendidikan yaitu
dengan cara Metode observasi Naturalistik (naturalistik observasion) karena di
dalam metode tersebut dilakukan secara ilmiah dengan cara observasi jadi, apa
yang kita teliti itu sudah ada data informasi yang memudahkan kita untuk
mengkaji serta mendefinisikan ilmu dari psikolog pendidikan itu sendiri. ‘
D. Pertumbuhan dan Perkembangan
Hal yang
menyenangkan yang menyangkut belajar ilmu psikolog dengan adanya pembelajaran Pertumbuhan dan Perkembangan
yaitu bahwa pertumbuhan dan perkembangan mengandung pengertian adanya perubahan
dan pertambahan yang terjadi dalam tubuh manusia, yaitu pertumbuhan dimaksudkan
suatu perubahan-perubahan secara kuantitatif yang berhubungan dengan fisik,
misalnya: perubahan kecil menjadi besar, perubahan pendek menjadi panjang atau
tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan-perubahan
yang bersifat kualitatif yang berkaitan dengan fungsi-fungsi psikis (kejiwaan)
dan fisik (organ tubuh). Fugsi-fungsi fisik dan psikis ini mengadakan perubahan
yang sifatnya Sederhana menjadi lebih sempurna jadi, kita pun sebagai
pembelajar menjadi lebih tau tentang pertumbuhan serta perkembangan diri kita
sendiri.
E. Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan
Teori-teori
pokok belajar secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip
umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan
atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Diantara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga
macam yang sangat menonjol, yakni Connectionism (koneksionisme), Classical
Conditioning (pembiasaan klasik), Operant Conditioning (pembiasaan perilaku
respons). Teori-teori tersebut merupakan
ilham yang mendorong para ahli melakukan ekperimen lainya umtuk mengembangkan
teori baru yang juga berkaitan dengan belajar sepeti Contiguos Conditioning
(Guthrie), Sign Learning (Tolman), Gestalt Theory, dan lain sebagainya
‘Teori
yang penulis ambil adalah Teori
Connectionism (koneksionisme) dan akan mendefinisikanya serta
berpendapat tentang isi teori tersebut’
Teori
koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikemukakan dan dikembangkan
oleh Edard L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada
tahun 1890-an.eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing
untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor
kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak beruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata
sedemikian rupa yang tersedia didepan sangkar tadi.
Kemudian
bagian dalam sangkar yang disebut Puzzle
Box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing
untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada dimuka pintu.
Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, dan melompat, namun gagal membuka
pintu tersebut. Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil
menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen Puzzle Box ini kemudian terkenal degan
nama instumental conditioning, yang
artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instumental (penolong)
untuk mencapai hasil (Hintzman,1978)
Berdasarkan
eksperimen diatas , Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya, teori Koneksionsme juga disebut
“S-R bond Theory” dan “S-R Psychology of learning” selain itu teori ini juga
dikenal sebutan “Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjukan pada
panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan
(Hilgard&Boer,1975)
‘ pendapat
penulis atau sebuah komentar penulis mengenai teori belajar tersebut adalah apabila
suatu respon itu adalah stimulus maka yang terjadi didalam sebuah proses dan
diakhir proses tersebut maka akan mendapatkan suatu hasil atau ganjaran yang
dikehendaki, namun apabila respon atau pun stimulus itu tidak bekerja maka itu bukan
dari kegiatan belajar walau pun itu dalam ruang lingkup belajar’.
F. Multiple Intelligence dalam
Psikologi Pendidikan
Seorang ahli
riset dari Amerika, Prof. Howard Gardener, mengembangkan model kecerdasan “multiple
intelligence” yang artinya bermacam-macam kecerdasan. Maksudnya setiap orang memilki
bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang
di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Dan kecerdasan bukanlah sesuatu
yang bersifat tetap, ia adalah kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan. Menurutnya dalam setiap diri manusia ada 8 macam
kecerdasan.
1. Kecerdasan Linguistik
2. Kecerdasan Logika Matematika
3.
Kecerdasan Intrapersonal
4.
Kecerdasan Interpersonal
5.
Kecerdasan Musikal
6.
Kecerdasan Visual dan
Spasial
7.
Kecerdasan Kinestetik
Jasmani
8.
Kecerdasan Naturalis
‘Penulis mengabil salah satu intelligensi
yang memang dimiliki yaitu kecerdasan Interpersonal serta beberapa cara dan
metode untuk mengembangkannya’
Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai
banyak teman, mudah bergaul,
menghargai
orang lain. Inti dari kecerdasan interpersonal adalah kerjasama. Tiga alasan
mendasar pentingnya memiliki kecerdasan interpersonal, yaitu :
1)
Membangun jiwa sosial.
2)
Membantu keberhasilan kerja.
3)
kecerdasan emosi dan fisik.
Metode
mengembangkan kecerdasan interpersonal, antara lain :
1) Memahami perasaan orang lain.
2) Berteman dengan mudah.
Memberikan kebebasan kepada anak untuk
berkenalan dengan teman-teman akan menumbuhkan jiwa sosial pada anak. karena
dengan perkenalan yang baik, akan membentuk persahaban yang baik juga.
3) Bermain antri dan kerjasama.
Kemampuan kerjasama dirancang agar anak tidak minder.
4) Bermain memecahkan masalah sederhana.
G. Motifasi Internal dan Eksternal
Motivasi berasal dari bahasa latin
“movere” yang berarti manggerakkan. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu,dan
yang memberikan arah serta ketahana (persistence)
pada tingkah laku tersebut.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari
dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal motivasi ini adanya
karena seseorang tersebut senang melakukannya seperti seseorang yang ingin
membaca sebuah buku dikarnakan ia ingin mengetahui apa isi dari buku tersebut bukan karna adanya suatu alasan atau
pun dorongan dari luar,
Serta dari luar seseorang yang dikenal
sebagai Motivasi eksternal motivasi ini mondorong terhadap perilaku seseorang
yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang tersebut berbuat sesuatu
karena ada dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
‘Motivasi yang mempengaruhi penulis
terhadap pembelajaran dalam jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia adalah
adanya suatu tujuan yang ingin di capai melalui perilaku tertentu dan memacu
diri diikuti dengan tekat dan kerja keras
untuk melakukan aktivitas perkuliahan dan pembelajaran dengan maksimal
demi tercapainya suatu tujuan dan hasil yang baik’
H. Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan
Aliran psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi bahwa
esensinya manusia itu baik menjadi dasar keyakinan dan mengajari sisi
kemanusiaan. Psikologi humanistik utamanya didasari atas atau merupakan
realisasi dari psikologi eksistensial dan pemahaman akan keberadaan dan
tanggung jawab sosial seseorang. Dua psikolog yang ternama, Carl Rogers dan
Abraham Maslow, memulai gerakan psikologi humanistik perspektif baru mengenai
pemahaman kepribadian seseorang dan meningkatkan kepuasan hidup mereka secara
keseluruhan.
Psikologi humanistik adalah perspektif psikologis yang menekankan studi
tentang seseorang secara utuh. Psikolog humanistik melihat perilaku manusia
tidak hanya melalui penglihatan pengamat, melainkan juga melalui pengamatan
atas perilaku individu mengintegral dengan perasaan batin dan citra dirinya.
Studi
psikologi humanistik melihat manusia, pemahaman, dan pengalaman dalam diri
manusia, termasuk dalam kerangka belajar dan belajar. Mereka menekankan
karakteristik yang dimiliki oleh makluk manusia seutuhnya seperti cinta,
kesedihan, peduli, dan harga diri. Psikolog humanistik mempelajari bagaimana
orang-orang dipengaruhi oleh persepsi dan makna yang melekat pada pengalaman
pribadi mereka. Aliran ini menekankan pada pilihan kesadaran, respon terhadap
kebutuhan internal, dan keadaan saat ini yang menjadi sangat penting dalam
membentuk perilaku manusia.
Pendekatan
pengajaran humanistik didasarkan pada premis bahwa siswa telah memiliki
kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang mampu mengaktualisasi diri, sebuah
istilah yang digunakan oleh Maslow (1954). Aktualisasi diri orang dewasa yang
mandiri, percaya diri, realistis tentang tujuan dirinya, dan fleksibel. Mereka
mampu menerima dirinya sendiri, perasaan mereka, dan lain-lain di sekitarnya.
Untuk menjadi dewasa dengan aktualisasi dirinya, siswa perlu ruang kelas yang
bebas yang memungkinkan mereka menjadi kreatif.
Tujuan dasar pendidikan humanistik
adalah mendorong siswa menjadi mandiri
dan independen, mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka,
menjadi kreatif dan tertarik dengan seni, dan menjadi ingin tahu tentang dunia
di sekitar mereka. Contohnya metode
belajar dalam jurusan pendidikan dan sastra indonesia adalah dengan berdiskusi
membicarakan tentang pembelajaran yang akan dibahas dalam mata perkuliahan.
I.
Ciri-ciri Guru
Beraliran Behaviorisme
Guru
beraliran behaviorisme memiliki ciri-ciri:
(1)
memberikan pertanyaan kepada siswa,
(2)
memberikan tugas kepada siswa,
(3)
memberikan materi yang sama namun baru,
(4)
mengajar dengan metode ceramah,
(5)
memberikan tes/kuis,
(6)
memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, dan
(7) memberikan hukuman ringan ketika
siswa tidak mengerjakan tugas.
J.
Ciri-ciri Guru
Beraliran Behaviorisme
Guru yang
beraliran humanisme memiliki ciri-ciri :
(1) menentukan mateti pelajaran yang tepat dengan silabus
dan kemampuan siswa,
(2) mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan
siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar,
(3) merancang fasilitan belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran,
(4) membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari
pengalaman belajarnya,
(5) membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman
belajarnya, dan
(6) membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep
baru ke situasi nyata.
Daftar Pustaka
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010
Syah Muhibbin Dr. M. Ed. Psikologi belajar. Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu. 1999
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT Rineka Cipta.2013
Siregar, Evelina dan Nara Hartini.Teori belajar dan
Pembelajaran .Bogor: Ghalia Indonesia. 2010
http://www.infoanak.com/8-jenis-kecerdasan-anak-multiple-intelligence/