Rabu, 27 Mei 2015

BELAJAR PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BELAJAR PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Wanda Eka Putri                     11140130000058
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
A.   Definisi tentang Psikologi Pendidikan
Definisi psikologi pendidikan menurut Witherington dalam bukunya Educational psyhology terjemah M. Buchori (1978) memberikan definisi psikologi pendidikan sebagai A systematic study of the process and factors involved in the education of human being is called education psychologi, yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
            Istilah “proses” dalam definisi-definisi tersebut terutama proses yang disebutkan dalam definisi Witherington itu sesungguhnya amat sulit dipahami subtansinya (watak isinya), karena sifatnya abstrak. Oleh karena sebab itu, menurut sebagian ahli, definisi yang langsung menyebutkan penyelidikan terhadap proses belajar atau mengajar akan lebih pas jika digantikan dengan manusia yang belajar atau mengajar. Apabila anda sedang mempelajari atau memantau seseorang siswa yang sedang berpikir untuk memecahkan masalah matematika misalnya, maka yang anda pelajari sesungguhnya adalah siswa tersebut, bukan prosesnya karena proses memikirkan soal matematika tersebut tak mungkin dapat anda pelajari, lebih-lebih jika secara langsung. Anda hanya bisa menarik simpulan bahwa siswa tersebut sedang berpikir (memecahkan soal-soal matematika) dari fenomena (gejala-gejala) yang tampak pada diri siswa yang sedang anda pantau itu.
‘pandangan penulis mengenai teori definisi yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikolog, yaitu Witherington teori definisi tentang psikologi pendidikan yang yang didalam isinya teori tersebut sangat memperhatikan proses dalam suatu gejala yang terjadi yang menyangkut dari berbagai aspek-aspek serta macam faktor yang berhubungan dengan terjadinya didalam suatu pendidikan manusia ’.
B.   Manfaat Ilmu Psikologi
Terdapat banyak manfaat belajar ilmu psikolog belajar dari ilmu psikolog bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku manusia yang kompleks dapat menjadi hal yang menarik serta berguna untuk mempelajari alasan yang memotivasi perilaku tertentu. Belajar psikolog akan memberikan pemahaman yang lebih baik dari orang- orang dan anda akan dapat menggunakan pengetahuan
ini dalam situasi dalam kehidupan sehari-hari.
 Dalam ilmu hukum, hal ini juga membuat ilmu psikolog erat hubungannya dengan ilmu kriminologi. Selain itu psikolog juga bermanfaat untuk memacu serta memotivasi diri, dapat membuat pola dan tingkah laku sepaerti halnya seorang pemimpin dan lebih mudah dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan cara dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam berkomunikasi serta dapat meningkatkan suatu pemahaman, belajar berempati terhadap orang lain dan ber adapti dalam lingkungan.
C.   Metode Psikologi Pendidikan
Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi di bidang kepedidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti: a) eksperimen; b) kuesioner; c) studi khusus; d) penyelidikan klinis; dan e) observasi naturalistik. Disamping itu lima macam metode diatas, H.C Witherington menyebutkan satu metode lagi yang bernama metode filosofis atau spekulatif. Namun, penyusunan tidak merasa perlu memperbincangkan lebih jauh mengingat metode tersebut kurang populer dan belum dapat diterima eksistensinya oleh banyak para ahli.
‘Metode yang memudahkan saya dalam mempelajari ilmu psikologi pendidikan  yaitu dengan metode observasi naturalistik.’
Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi Naturalistik (naturalistik observasion) adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, penelitian berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampak diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.
Pada umumnya, observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmuan hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina (Lazerson, 1975) kemudian, metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi (perawatan dan pemulihan) yang bersifat kemasyarakatan, selajutnya metode ini juga digunakan oleh para psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.
Dalam hal penggunaannya bagi kepentingan peneliti psikolog pendidikan, seorang peneliti atau guru yang menjadi asistenya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah itu lewat kegiatan pengajaran atau mengajar-belajar dalam kelas reguler yakni kelas tetap dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses mengajar-belajar berlangsung, jenis perilaku sisa yang diteliti (misalnya, kecepatan membaca) dicatat dalam  lembar format observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.
‘ pandangan penulis mengenai metode yang memudahkan untuk belajar psikolog pendidikan yaitu dengan cara Metode observasi Naturalistik (naturalistik observasion) karena di dalam metode tersebut dilakukan secara ilmiah dengan cara observasi jadi, apa yang kita teliti itu sudah ada data informasi yang memudahkan kita untuk mengkaji serta mendefinisikan ilmu dari psikolog pendidikan itu sendiri. ‘
D. Pertumbuhan dan Perkembangan

Hal yang menyenangkan yang menyangkut belajar ilmu psikolog dengan adanya  pembelajaran Pertumbuhan dan Perkembangan yaitu bahwa pertumbuhan dan perkembangan mengandung pengertian adanya perubahan dan pertambahan yang terjadi dalam tubuh manusia, yaitu pertumbuhan dimaksudkan suatu perubahan-perubahan secara kuantitatif yang berhubungan dengan fisik, misalnya: perubahan kecil menjadi besar, perubahan pendek menjadi panjang atau tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif yang berkaitan dengan fungsi-fungsi psikis (kejiwaan) dan fisik (organ tubuh). Fugsi-fungsi fisik dan psikis ini mengadakan perubahan yang sifatnya Sederhana menjadi lebih sempurna jadi, kita pun sebagai pembelajar menjadi lebih tau tentang pertumbuhan serta perkembangan diri kita sendiri.
E.    Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan
Teori-teori pokok belajar secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yakni Connectionism (koneksionisme), Classical Conditioning (pembiasaan klasik), Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respons). Teori-teori  tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli melakukan ekperimen lainya umtuk mengembangkan teori baru yang juga berkaitan dengan belajar sepeti Contiguos Conditioning (Guthrie), Sign Learning (Tolman), Gestalt Theory, dan lain sebagainya
            ‘Teori yang penulis ambil adalah Teori  Connectionism (koneksionisme) dan akan mendefinisikanya serta berpendapat tentang isi teori tersebut’
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Edard L. Thorndike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an.eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
            Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak beruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa yang tersedia didepan sangkar tadi.
            Kemudian bagian dalam sangkar yang disebut Puzzle Box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada dimuka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, dan melompat, namun gagal membuka pintu tersebut. Akhirnya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen Puzzle Box ini kemudian terkenal degan nama instumental conditioning, yang artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instumental (penolong) untuk mencapai hasil (Hintzman,1978)
Berdasarkan eksperimen diatas , Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya, teori Koneksionsme juga disebut “S-R bond Theory” dan “S-R Psychology of learning” selain itu teori ini juga dikenal sebutan “Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjukan pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hilgard&Boer,1975)
‘ pendapat penulis atau sebuah komentar penulis mengenai teori belajar tersebut adalah apabila suatu respon itu adalah stimulus maka yang terjadi didalam sebuah proses dan diakhir proses tersebut maka akan mendapatkan suatu hasil atau ganjaran yang dikehendaki, namun apabila respon atau pun stimulus itu tidak bekerja maka itu bukan dari kegiatan belajar walau pun itu dalam ruang lingkup belajar’.
F.    Multiple Intelligence dalam Psikologi Pendidikan
Seorang ahli riset dari Amerika, Prof. Howard Gardener, mengembangkan model kecerdasan “multiple intelligence” yang artinya bermacam-macam kecerdasan. Maksudnya setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang di maksud kecerdasan menurut Gardener adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Dan kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, ia adalah kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Menurutnya dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan.
1.      Kecerdasan Linguistik
2.       Kecerdasan Logika Matematika     
3.      Kecerdasan Intrapersonal
4.      Kecerdasan Interpersonal
5.      Kecerdasan Musikal
6.      Kecerdasan Visual dan Spasial
7.      Kecerdasan Kinestetik Jasmani
8.      Kecerdasan Naturalis

‘Penulis mengabil salah satu intelligensi yang memang dimiliki yaitu kecerdasan Interpersonal serta beberapa cara dan metode untuk mengembangkannya’
Kecerdasan Interpersonal 
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai banyak teman, mudah bergaul,
menghargai orang lain. Inti dari kecerdasan interpersonal adalah kerjasama. Tiga alasan mendasar pentingnya memiliki kecerdasan interpersonal, yaitu :
1) Membangun jiwa sosial. 
2) Membantu keberhasilan kerja.
3) kecerdasan emosi dan fisik.
Metode mengembangkan kecerdasan interpersonal, antara lain :
1) Memahami perasaan orang lain. 
2) Berteman dengan mudah.
Memberikan kebebasan kepada anak untuk berkenalan dengan teman-teman akan menumbuhkan jiwa sosial pada anak. karena dengan perkenalan yang baik, akan membentuk persahaban yang baik juga.
3) Bermain antri dan kerjasama. Kemampuan kerjasama dirancang agar anak tidak minder.
4) Bermain memecahkan masalah sederhana.

G.   Motifasi Internal dan Eksternal
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti manggerakkan. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu,dan yang memberikan arah serta ketahana (persistence) pada tingkah laku tersebut.       
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi internal motivasi ini adanya karena seseorang tersebut senang melakukannya seperti seseorang yang ingin membaca sebuah buku dikarnakan ia ingin mengetahui apa isi dari buku  tersebut bukan karna adanya suatu alasan atau pun  dorongan dari luar,
Serta dari luar seseorang yang dikenal sebagai Motivasi eksternal motivasi ini mondorong terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang tersebut berbuat sesuatu karena ada dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
‘Motivasi yang mempengaruhi penulis terhadap pembelajaran dalam jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia adalah adanya suatu tujuan yang ingin di capai melalui perilaku tertentu dan memacu diri diikuti dengan tekat dan kerja keras  untuk melakukan aktivitas perkuliahan dan pembelajaran dengan maksimal demi tercapainya suatu tujuan dan hasil yang baik’

H.   Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan
Aliran psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia itu baik menjadi dasar keyakinan dan mengajari sisi kemanusiaan. Psikologi humanistik utamanya didasari atas atau merupakan realisasi dari psikologi eksistensial dan pemahaman akan keberadaan dan tanggung jawab sosial seseorang. Dua psikolog yang ternama, Carl Rogers dan Abraham Maslow, memulai gerakan psikologi humanistik perspektif baru mengenai pemahaman kepribadian seseorang dan meningkatkan kepuasan hidup mereka secara keseluruhan.
Psikologi humanistik adalah perspektif psikologis yang menekankan studi tentang seseorang secara utuh. Psikolog humanistik melihat perilaku manusia tidak hanya melalui penglihatan pengamat, melainkan juga melalui pengamatan atas perilaku individu mengintegral dengan perasaan batin dan citra dirinya.
Studi psikologi humanistik melihat manusia, pemahaman, dan pengalaman dalam diri manusia, termasuk dalam kerangka belajar dan belajar. Mereka menekankan karakteristik yang dimiliki oleh makluk manusia seutuhnya seperti cinta, kesedihan, peduli, dan harga diri. Psikolog humanistik mempelajari bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh persepsi dan makna yang melekat pada pengalaman pribadi mereka. Aliran ini menekankan pada pilihan kesadaran, respon terhadap kebutuhan internal, dan keadaan saat ini yang menjadi sangat penting dalam membentuk perilaku manusia.
Pendekatan pengajaran humanistik didasarkan pada premis bahwa siswa telah memiliki kebutuhan untuk menjadi orang dewasa yang mampu mengaktualisasi diri, sebuah istilah yang digunakan oleh Maslow (1954). Aktualisasi diri orang dewasa yang mandiri, percaya diri, realistis tentang tujuan dirinya, dan fleksibel. Mereka mampu menerima dirinya sendiri, perasaan mereka, dan lain-lain di sekitarnya. Untuk menjadi dewasa dengan aktualisasi dirinya, siswa perlu ruang kelas yang bebas yang memungkinkan mereka menjadi kreatif.
Tujuan dasar pendidikan humanistik adalah mendorong siswa menjadi mandiri  dan independen, mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka, menjadi kreatif dan tertarik dengan seni, dan menjadi ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Contohnya metode belajar dalam jurusan pendidikan dan sastra indonesia adalah dengan berdiskusi membicarakan tentang pembelajaran yang akan dibahas dalam mata perkuliahan.

I.       Ciri-ciri Guru Beraliran Behaviorisme
Guru beraliran behaviorisme memiliki ciri-ciri:
(1) memberikan pertanyaan kepada siswa,
(2) memberikan tugas kepada siswa,
(3) memberikan materi yang sama namun baru,
(4) mengajar dengan metode ceramah,
(5) memberikan tes/kuis,
(6) memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, dan
(7) memberikan hukuman ringan ketika siswa tidak mengerjakan tugas.
J.          Ciri-ciri Guru Beraliran Behaviorisme
Guru yang beraliran humanisme memiliki ciri-ciri :
(1) menentukan mateti pelajaran yang tepat dengan silabus dan kemampuan    siswa,
(2) mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar,
(3) merancang fasilitan belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran,
(4) membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya,
(5) membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya, dan
(6) membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
Daftar Pustaka
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2010
Syah Muhibbin Dr. M. Ed. Psikologi belajar. Ciputat: PT Logos Wacana Ilmu. 1999
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.2013
Siregar, Evelina dan Nara Hartini.Teori belajar dan Pembelajaran .Bogor: Ghalia Indonesia. 2010
http://www.infoanak.com/8-jenis-kecerdasan-anak-multiple-intelligence/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar